top of page

Apa Itu Reksadana Saham? Simak Contoh & Potensi Keuntungannya


Apa Itu Reksadana Saham? Simah Contoh & Potensi Keuntungannya

Salah satu tantangan investasi saham adalah kamu perlu membeli saham sebanyak 100 lembar (1 lot) sekaligus dan harus melakukan analisis secara mandiri. Hal ini membuat banyak investor yang takut untuk memulai investasi saham. Padahal, ada solusinya, yaitu mulai investasi dengan membeli reksadana saham terlebih dahulu.

Apa itu reksadana saham dan apa bedanya dengan saham biasa?


Simak selengkapnya berikut ini:


Apa Itu Reksadana Saham?

Apa Itu Reksadana Saham?

Reksadana saham adalah jenis reksadana yang 80% investasinya dialokasikan untuk membeli saham. Hal ini membuat investor reksadana ini tetap terpapar keuntungan dan risiko dari investasi saham, seperti berhak mendapatkan dividen dan terpapar risiko fluktuasi harga. Namun demikian, reksadana saham berbeda dengan saham biasa.


Berikut ini beberapa perbedaannya:

  1. Modal pembelian relatif lebih rendah. Kamu tidak harus membeli saham sebanyak 1 lot untuk berinvestasi di reksadana saham. Hanya dengan Rp100.000, kamu sudah bisa berinvestasi pada instrumen yang satu ini.

  2. Diversifikasi langsung. Dengan membeli 1 unit reksadana saham saja, modal investasi kamu akan diinvestasikan kembali oleh manajer investasi ke beberapa saham sekaligus. Ini artinya, hanya dengan Rp100.000 kamu sudah bisa membeli banyak saham untuk diversifikasi.

  3. Dikelola oleh manajer investasi. Jika membeli saham sendiri, maka kamu harus mengaturnya secara mandiri juga. Hal ini berbeda dengan membeli reksadana saham. Dengan membeli reksadana saham, modal investasi kamu akan dikelola oleh manajer investasi yang notabene terdiri dari tim ahli.

Keuntungan Investasi Reksadana Saham

Keuntungan Reksadana Saham

Seperti yang telah disinggung sebelumnya kalau investor reksadana saham juga akan terpapar keuntungan atau cuan investasi saham, yaitu:

  1. Capital gain. Capital gain bisa kamu dapatkan jika kamu bisa menjual instrumen ini dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saat kamu membelinya. Contoh, kamu membeli reksadana saham dengan modal Rp10.000. Saat menjualnya, kamu berhasil menjualnya dengan harga Rp110.000. Maka, selisih Rp10.000 itulah yang disebut dengan capital gain.

  2. Dividen. Dividen adalah sebagian keuntungan yang disisihkan emiten untuk dibagikan kepada investor mereka. Ada emiten yang secara teratur membagikan dividen ada juga yang tidak. Untuk mengetahuinya, kamu bisa melihat konstituen indeks IDX High Div atau melihat kalender dividen di aplikasi investasi yang kamu gunakan.

Namun, kedua keuntungan ini tidak akan langsung ditransfer ke rekening investor seperti halnya mendapat dividen atau capital gain ketika berinvestasi pada saham secara langsung. Kedua keuntungan ini akan menambah nilai Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit. Sehingga, nilai NAB per unit yang dimiliki investor akan bertambah karena dipengaruhi dua keuntungan ini.


Secara garis besar, potensi keuntungan investasi pada reksadana saham lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana pasar uang. Akan tetapi, potensi keuntungan ini juga relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan membeli saham secara langsung.

Risiko Investasi Reksadana Saham

Risiko reksadana saham

High risk high return, seiring dengan semakin tingginya risiko keuntungan, maka semakin tinggi pula risiko yang harus dihadapi oleh investor. Sama seperti saham biasa, tingkat fluktuasi harga pada Reksadana Saham juga lebih tinggi dibandingkan dengan reksadana jenis lain.


Hal ini karena harga atau nilai NAB per unit dari instrumen investasi ini mengikuti harga masing-masing saham yang menjadi komponennya. Jika harga saham komponen reksadana saham tersebut secara keseluruhan naik, maka nilai reksadana saham tersebut naik pula, begitu pun sebaliknya.


Selain itu, apabila Manajer Investasi tidak memilih emitennya dengan baik, tidak menutup kemungkinan investasi yang kamu lakukan akan merugi akibat emiten terkait bangkrut atau delisting dari bursa.


Oleh sebab itu, sebelum membeli instrumen yang satu ini, pastikan kamu sudah memilih Manajer Investasi terbaik dan melihat komponen investasi di masing-masing reksadana saham.

Jenis Investor yang Cocok untuk Reksadana Saham

Jenis Investor Reksadana Saham

Instrumen ini cocok untuk kamu beli apabila kamu:

  1. Memiliki profil risiko agresif. Biasanya saat menggunakan aplikasi investasi untuk yang pertama kalinya, kamu akan diminta untuk melakukan serangkaian assessment risiko terlebih dahulu. Instrumen ini cocok untuk kamu jika hasil assessment tersebut menunjukkan kalau kamu adalah investor dengan tipe risiko agresif.

  2. Masih pemula tapi menginginkan return yang tinggi. Dibandingkan dengan reksadana lainnya, reksadana saham memiliki potensi return yang lebih tinggi. Akibatnya instrumen ini cocok untuk investor pemula yang menginginkan return lumayan tinggi.

  3. Tidak memiliki waktu dan keahlian untuk melakukan analisis sendiri. Reksadana saham akan dikelola oleh Manajer Investasi sebagaimana reksadana lainnya. Jadi, kamu tidak perlu khawatir jika tidak memiliki waktu atau skill yang dibutuhkan untuk analisis saham.

  4. Butuh berinvestasi untuk keperluan jangka panjang. Saham dan reksadana saham memang instrumen yang memiliki fluktuasi tinggi, namun secara garis besar akan terus naik dalam jangka panjang. Hal ini ditunjukkan dengan pergerakan IHSG yang naik sebanyak 12% dalam 5 tahun terakhir dan 876% sejak tahun 2000. Akibatnya, kedua instrumen investasi ini lebih cocok untuk dialokasikan demi memenuhi kebutuhan jangka panjang.

Kebutuhan jangka panjang seperti apa yang cocok ditabung dengan reksadana saham?

Misalnya, membeli rumah, dana pensiun dan lain sebagainya.

Tips Investasi Reksadana Saham

Tips Investasi Reksadana Saham

Berikut adalah tips dalam memilih investasi reksadana saham sangat diperlukan. Caranya:

  1. Pilih Manajer Investasi terbaik. Pilih manajer investasi dengan rekam jejak yang baik dan biaya jasa yang relatif terjangkau.

  2. Pilih produk reksadana terbaik. Cek nilai aktiva bersihnya (NAB atau AUM) dan nilai drawdown-nya. Besar kecilnya NAB menunjukkan tingkat kepercayaan investor terhadap produk reksadana tersebut, sementara besar kecilnya nilai drawdown menunjukkan rata-rata tingkat volatilitas harga reksadana saham tersebut.

  3. Membaca fund fact sheet reksadana saham terlebih dahulu. Setiap reksadana saham memiliki isi komponen investasi yang sudah ditetapkan oleh OJK yaitu 80% saham dan 20% bisa ke obligasi atau pasar uang. Besar kecilnya bobot alokasi ini secara langsung menggambarkan tingkat risiko investasi pada instrumen tersebut.

Selain proporsi alokasinya, di FFS ini kamu juga bisa mengecek daftar emiten yang mendapatkan alokasi investasi tersebut. Jika kamu ingin mendapatkan banyak dividen, pilih reksadana saham yang berisi konstituen indeks IDX High Div.


Begitu pula jika kamu ingin investasi pada saham blue chip, maka reksadana saham yang berisi anggota indeks LQ45 adalah pilihan terbaik.

  1. Cek harga historis dari reksadana saham tersebut. Aplikasi investasi biasanya akan dilengkapi dengan kurva dengan berbagai time frame. Gunakan fasilitas ini untuk melihat harga historis dari reksadana saham pilihan kamu.

  2. Alokasikan untuk kebutuhan jangka panjang. Selain memang lebih cocok untuk long-term investment, mengalokasikan reksadana saham untuk kebutuhan jangka panjang juga bisa membantu kamu untuk tidak buru-buru menjualnya ketika harganya turun.


Perlu kamu ingat bahwasanya tidak ada instrumen investasi yang bebas risiko. Risiko pasti selalu ada terlepas dari apa pun instrumen investasi yang kamu pilih. Adapun yang membedakan antara investor berpengalaman dan pemula adalah bagaimana mereka mengelola risiko tersebut untuk mendapatkan keuntungan maksimal.


Itulah pengertian dari apa itu reksadana saham, potensi keuntungan dan risikonya. Jadi tunggu apa lagi? Yuk, mulai reksadana saham pertamamu sekarang dengan Paramitra!




Subscribe Alpha Edu 

Dapatkan notifikasi update Alpha Edu di email kamu.

Terima kasih sudah join Alpha Edu!

bottom of page