top of page

Kapan Saat yang Tepat Membeli Saham? Investor Wajib Tahu


Ilustrasi Membeli Saham

Saham adalah salah satu instrumen investasi yang paling banyak digemari saat ini. Namun, membeli saham tidak bisa dilakukan kapan saja. Supaya bisa lebih cepat “dilayani”, Anda harus membeli saham ketika jam buka bursa, khususnya di pagi hari.

Selain jam operasional bursa dan jam operasional perusahaan sekuritas, Anda juga harus bisa menentukan waktu yang tepat untuk membeli instrumen investasi yang satu ini supaya tidak merugi. Berikut ini beberapa saat yang tepat membeli saham:


1. Membeli Saham Tiap Kuartal

Setiap tiga bulan sekali, emiten di Bursa Efek Indonesia diminta untuk menerbitkan laporan keuangan kuartalan (quarterly financial report). Dengan terbitnya laporan keuangan ini, Anda bisa melakukan analisis fundamental untuk mengevaluasi kinerja perusahaan tersebut dalam 3 bulan ke belakang.

Tergantung dengan performa perusahaan, waktu ini adalah waktu yang cocok untuk membeli saham apabila performa perusahaan tersebut baik. Sebab tentunya tidak hanya Anda yang akan menganalisis kinerja kuartalan perusahaan tersebut tetapi juga investor dan trader lainnya. Akibatnya jika kinerja perusahaan tersebut baik, akan banyak investor dan trader yang membeli sahamnya dan membuat harga saham tersebut naik.


2. Saat Terjadi Koreksi Harga

Saat yang tepat membeli saham selanjutnya adalah saat terjadi koreksi harga. Koreksi harga adalah fenomena penurunan harga sebuah saham yang terjadi setelah harga saham tersebut mengalami kenaikan yang cukup lama.


Waktu ini merupakan saat yang tepat membeli saham karena kenaikan harga saham dalam jangka waktu yang cukup lama bisa mengindikasikan kalau kinerja perusahaan tersebut baik. Sehingga fenomena ini bisa jadi penurunan harga akan terjadi sementara waktu dan menjadi peluang bagi investor untuk membeli saham bagus dengan harga murah.


Akan tetapi membeli saham saat terjadi koreksi harga juga memiliki risiko yang lebih tinggi. Pasalnya, belum tentu harga saham tersebut akan rebound (berbalik naik) dan bisa jadi justru akan turun. Oleh sebab itu, sebelum Anda melakukan strategi ini, pastikan Anda memang memilih perusahaan dengan kualitas fundamental yang bagus dan sudah melakukan analisis teknis yang mencukupi.


3. Menjelang Akhir Tahun

Dalam dunia trading dan investasi saham terdapat beberapa istilah yang sebaiknya Anda pahami. Pertama adalah sell in May, lalu window dressing, dan January  effect. Sell in May adalah istilah yang mengindikasikan kalau sebaiknya investor maupun trader menjual saham di bulan Mei karena diperkirakan pasar saham pada Bulan Mei- Oktober akan lesu.


Sebaliknya, setelah Bulan Oktober sampai awal tahun akan ada fenomena window dressing, dan January  effect. Window dressing adalah fenomena dimana perusahaan akan memperbaiki laporan keuangannya menjelang akhir tahun untuk menarik investor, sementara January  effect adalah fenomena yang menggambarkan kecenderungan harga saham untuk naik di Bulan Januari. Hal ini bisa terjadi karena banyak pekerja yang mendapatkan bonus akhir tahun mengalokasikan sebagian pendapatannya ke saham.


4. Ketika IHSG Diperkirakan Akan Rebound

Sesuai dengan namanya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang berisi kalkulasi perubahan harga seluruh saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini artinya, jika IHSG sedang naik, maka kemungkinan harga mayoritas saham di BEI juga naik, begitu pula sebaliknya.

Adapun rebound adalah fenomena kenaikan harga sebuah instrumen investasi setelah selama beberapa waktu harga instrumen tersebut mengalami penurunan. IHSG yang mengalami rebound secara garis besar menandakan kalau kinerja saham perusahaan-perusahaan publik di Indonesia mulai membaik, oleh sebab itu IHSG rebound merupakan saat yang tepat membeli saham.

Akan tetapi, untuk mengidentifikasi apakah suatu instrumen investasi akan rebound atau tidak juga diperlukan kemampuan analisis teknis.


5. Ketika Saham Perusahaan Tersebut Masih Undervalue

Tahukah Anda apa resep sukses investasi ala Warren Buffett dan Lo Kheng Hong? Yup! Membeli saham ketika harga saham tersebut masih di bawah nilai yang sebenarnya (undervalue). Bahkan, Lo Kheng Hong disebut-sebut mendapatkan keuntungan hingga 5.900% karena bisa membeli saham UNTR dengan harga Rp250 per lembar dan menjualnya dengan harga kira-kira Rp15.000 per lembar.


Lalu bagaimana cara menilai sebuah saham undervalue atau tidak? Caranya adalah dengan melakukan analisis fundamental perusahaan tersebut secara hati-hati dan teliti. Anda tidak hanya perlu memeriksa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan selama beberapa tahun, tetapi juga perlu melihat prospek bisnis perusahaan tersebut kedepannya.

Setiap investor pasti memiliki penilaian yang berbeda mengenai hal ini, sehingga jangan membeli saham hanya karena seorang teman atau influencer mengatakan kalau saham tersebut undervalue, ya!


6. Ketika Perusahaan Mendapatkan Sentimen Positif

Pergerakan harga saham seringkali tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkannya, tetapi juga oleh kondisi sosial ekonomi dan berita terkait dengan perusahaan tersebut. Faktor-faktor eksternal ini seringkali disebut dengan sentimen.


Sentimen ada yang bersifat positif ada juga yang bersifat negatif. Sentimen positif tersebut, seperti kondisi pasar internasional yang memungkinkan ekspor batubara bisa naik dalam satu tahun kebelakang, sementara sentimen negatif seperti berita kegagalan perusahaan dalam membayar obligasi yang jatuh tempo.


Anda memang bisa membeli saham dengan harga diskon ketika perusahaan sedang mendapatkan sentimen negatif, namun boleh dibilang langkah ini cukup berisiko apabila kondisi fundamental perusahaan tersebut tidak mendukung. Maka dari itu, akan lebih “aman” jika Anda membeli saham perusahaan yang sedang mendapatkan sentimen positif, meskipun ada peluang harga saham perusahaan tersebut akan lebih mahal.


7. Ketika Terjadi Kenaikan Harga yang Cukup Kuat

Saat yang tepat membeli saham yang ke-7 adalah ketika harga saham tersebut mengalami trend kenaikan harga (bullish trend) yang cukup kuat. Dalam analisis teknis, hal ini bisa ditandai dengan adanya true breakout pada chart harga saham tersebut atau adanya candlestick yang mengindikasikan kenaikan harga yang cukup kuat, seperti three white soldiers.


Seperti yang telah disebutkan di atas, adanya kenaikan harga yang cukup kuat dapat mengindikasikan kalau kinerja emiten penerbit saham tersebut sedang baik. Hanya saja risikonya adalah, Anda harus menunggu sampai true breakout terjadi untuk memastikan kalau harga saham tersebut benar-benar berpotensi naik dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak berbalik turun.


Nah, itu tadi 7 saat yang tepat membeli saham. Namun terlepas dari 7 waktu tersebut, pastikan Anda menentukan kapan waktu beli dan jual (entry and exit strategy) yang tepat versi diri Anda sendiri dalam trading plan. Tujuannya adalah supaya Anda tidak tergesa-gesa saat mengambil keputusan dan bisa mengambil keputusan jual maupun beli dengan pikiran yang jernih dan hati tenang.


Anda kemudian bisa mengeksekusi strategi dalam trading plan tersebut dengan menggunakan aplikasi Alpha Investasi. Dengan Alpha Investasi, jual beli saham jadi bisa cepat dan mudah. Yuk! Daftar Alpha Investasi sekarang!


Subscribe Alpha Edu 

Dapatkan notifikasi update Alpha Edu di email kamu.

Terima kasih sudah join Alpha Edu!

bottom of page